Generasi Z di kota-kota Asia menghadapi tantangan keuangan yang unik, mulai dari biaya hidup yang melambung tinggi hingga beban utang pendidikan. Oleh karena itu, mereka mengembangkan cara-cara cerdas dan adaptif untuk mengelola keuangan pribadi yang sangat mengandalkan teknologi dan pendekatan yang lebih sosial.
Salah satu kunci utama adalah pemanfaatan aplikasi anggaran digital dan alat fintech yang memberikan visualisasi pengeluaran secara real-time. Gen Z menggunakan aplikasi ini untuk melacak setiap pengeluaran, menerapkan metode budgeting seperti 50/30/20, dan mengotomatiskan transfer tabungan tanpa perlu intervensi manual.
Selain itu, Gen Z Asia sangat aktif dalam mencari pendapatan tambahan melalui side hustle dan ekonomi gig. Mereka memanfaatkan keterampilan digital mereka untuk bekerja lepas, berjualan online di media sosial, atau menjadi content creator, yang semuanya berkontribusi pada diversifikasi sumber pendapatan.
Pendekatan Gen Z terhadap uang juga lebih terbuka. Mereka tidak takut membahas gaji atau tips investasi dengan teman sebaya. Dengan memprioritaskan pengalaman di atas kepemilikan material (misalnya, lebih memilih traveling daripada membeli mobil mahal), mereka menantang norma konsumsi tradisional dan fokus pada pembangunan kekayaan jangka panjang.
