Dampak Geopolitik dari Keterbatasan Semikonduktor Generasi Berikutnya

Dampak Geopolitik dari Keterbatasan Semikonduktor Generasi Berikutnya

Taipei – Krisis pasokan semikonduktor yang memukul industri otomotif dan elektronik beberapa tahun lalu mungkin baru permulaan. Perhatian kini beralih ke semikonduktor generasi berikutnya (dengan ukuran 3 nanometer atau lebih kecil), yang sangat penting untuk AI, komputasi kuantum, dan peralatan militer. Produksi chip canggih ini sangat terkonsentrasi di Asia Timur, terutama di Taiwan.

Ketergantungan global pada satu atau dua produsen chip canggih di wilayah yang secara geopolitik sensitif telah menimbulkan kekhawatiran akut di Washington dan Brussels. Negara-negara Barat melihat ini sebagai kerentanan rantai pasok yang dapat dieksploitasi dalam konflik. Akibatnya, terjadi perang subsidi global (subsidy war), di mana AS (melalui CHIPS Act) dan Uni Eropa (melalui European Chips Act) mengalokasikan miliaran dolar untuk membangun fasilitas manufaktur chip domestik (fab) mereka sendiri.

Tujuan strategisnya adalah mencapai otonomi semikonduktor—kemampuan untuk merancang dan memproduksi chip paling canggih secara lokal. Perlombaan ini mendefinisikan ulang peta ekonomi dan keamanan global, menjadikan teknologi chip bukan hanya komoditas industri, tetapi aset strategis yang menentukan kekuatan teknologi dan militer suatu negara.