Ekonomi Kolektif: Generasi Baru Hidup Tanpa Kepemilikan

Ekonomi Kolektif: Generasi Baru Hidup Tanpa Kepemilikan

Generasi muda mulai meninggalkan konsep kepemilikan tradisional. Muncul tren ekonomi kolektif, di mana orang berbagi rumah, kendaraan, bahkan pakaian.

Alih-alih membeli, mereka lebih suka menyewa atau menggunakan layanan berbagi. Fenomena ini dipicu harga properti dan kendaraan yang semakin tidak terjangkau.

Platform digital memfasilitasi tren ini, memungkinkan orang berbagi barang atau jasa dengan mudah. Dari aplikasi car-sharing, co-living, hingga rental fashion, semua tumbuh pesat.

Keunggulannya adalah efisiensi biaya dan keberlanjutan. Dengan berbagi, konsumsi berlebih bisa ditekan, sehingga dampak lingkungan lebih rendah.

Namun, ada tantangan dalam budaya. Generasi tua masih memandang kepemilikan sebagai simbol kesuksesan, sementara generasi muda lebih mementingkan pengalaman.

Ekonomi kolektif juga memunculkan isu hukum: siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kerusakan atau kecelakaan?

Meski penuh tantangan, tren ini diperkirakan akan terus tumbuh. Bahkan, beberapa ahli menyebut kepemilikan pribadi bisa jadi konsep usang di masa depan.

Ekonomi kolektif adalah cermin perubahan nilai masyarakat: dari “apa yang kita miliki” menjadi “apa yang bisa kita akses bersama”.